Ketegangan geopolitik antara Iran dan Israel tidak hanya melibatkan aspek militer, tetapi juga memicu perbandingan mendalam terhadap kekuatan ekonomi masing-masing negara.
Artikel ini menganalisis secara komprehensif bagaimana kondisi ekonomi kedua negara tersebut dan siapa yang memiliki posisi lebih kuat di tengah situasi yang makin memanas.
Melihat ke Belakang: Awal Mula Permusuhan Iran dan Israel
Permusuhan antara Iran dan Israel yang kita saksikan saat ini memiliki akar sejarah yang panjang dan kompleks, jauh sebelum konflik terakhir memanas. Ironisnya, hubungan kedua negara ini tidak selalu tegang; faktanya, mereka pernah menjadi sekutu dekat.
-
Sebelum 1979: Era Persahabatan dan Aliansi:
Sebelum Revolusi Islam Iran pada tahun 1979, di bawah pemerintahan Shah Mohammad Reza Pahlavi, Iran adalah salah satu sekutu penting Amerika Serikat di Timur Tengah dan memiliki hubungan diplomatik serta kerja sama yang erat dengan Israel. Iran bahkan termasuk salah satu negara Muslim pertama yang mengakui berdirinya Negara Israel pada tahun 1948. Keduanya melihat ancaman bersama dari negara-negara Arab dan bekerja sama di berbagai sektor, termasuk militer.
-
1979: Titik Balik Revolusi Islam:
Segalanya berubah drastis setelah Revolusi Islam Iran pada tahun 1979. Di bawah kepemimpinan Ayatollah Ruhollah Khomeini, Iran bertransformasi menjadi Republik Islam yang sangat anti-Amerika Serikat ("Setan Besar") dan anti-Israel ("Setan Kecil"). Ideologi revolusi ini secara tegas menolak keberadaan Israel, menganggapnya sebagai entitas penjajah di tanah Palestina, dan menyatakan dukungan penuh terhadap perjuangan Palestina.
-
Perang Bayangan dan Perang Proksi:
Sejak 1979, permusuhan antara Iran dan Israel sebagian besar terjadi dalam bentuk "perang bayangan" atau perang proksi. Kedua negara jarang terlibat dalam konfrontasi militer langsung di medan perang, melainkan saling menyerang melalui:
- Kelompok Proksi: Iran mendukung kelompok-kelompok seperti Hizbullah di Lebanon dan Hamas di Gaza, yang secara aktif menentang Israel. Ini dianggap sebagai perpanjangan tangan Teheran di wilayah tersebut.
- Serangan Rahasia: Kedua belah pihak diduga terlibat dalam serangkaian serangan rahasia, termasuk pembunuhan ilmuwan nuklir Iran, serangan siber terhadap infrastruktur penting, dan penyerangan kapal-kapal di perairan internasional. Israel secara terbuka menyatakan kekhawatirannya tentang program nuklir Iran, menganggapnya sebagai ancaman eksistensial.
-
Eskalasi Terbaru:
Dalam beberapa tahun terakhir, "perang bayangan" ini mulai meningkat menjadi konfrontasi yang lebih terbuka. Serangan-serangan langsung, seperti dugaan serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus yang menewaskan perwira militer Iran, memicu respons langsung dari Iran berupa serangan rudal dan drone ke wilayah Israel. Eskalasi ini menandai babak baru dalam permusuhan yang telah berlangsung puluhan tahun.
Kondisi Ekonomi Iran: Dihantam Tantangan Berat
Ekonomi Iran saat ini berada dalam kondisi yang kurang menguntungkan dan penuh tekanan. Negara ini menghadapi berbagai rintangan signifikan yang menghambat pertumbuhan dan stabilitas finansialnya.
- Inflasi Tinggi: Iran sedang bergulat dengan tingkat inflasi yang sangat tinggi, mencapai 32%. Angka ini menunjukkan kenaikan harga barang dan jasa yang signifikan, menggerus daya beli masyarakat dan menciptakan ketidakpastian ekonomi.
- Pertumbuhan Ekonomi Melambat: Proyeksi pertumbuhan ekonomi Iran untuk tahun 2025 diperkirakan hanya mencapai 0,3%. Angka yang sangat rendah ini mengindikasikan bahwa ekonomi Iran mengalami stagnasi dan sulit untuk berkembang.
- Pelemahan Mata Uang: Mata uang Iran, Rial, terus mengalami pelemahan signifikan terhadap Dolar Amerika Serikat. Depresiasi mata uang ini berdampak negatif pada nilai impor, meningkatkan biaya hidup, dan mengurangi kepercayaan investor.
- Cadangan Devisa Terbatas: Iran memiliki cadangan devisa sebesar US$ 33,8 miliar. Meskipun jumlah ini tidak kecil, namun relatif terbatas jika dibandingkan dengan negara-negara dengan ekonomi yang lebih stabil dan kuat, yang bisa membatasi kemampuan pemerintah untuk menstabilkan mata uang atau mendukung aktivitas ekonomi.
Kondisi Ekonomi Israel: Fondasi yang Lebih Kuat
Berbeda dengan Iran, Israel menunjukkan kekuatan ekonomi yang lebih solid dan prospek yang lebih cerah, meskipun juga terlibat dalam konflik.
- Pertumbuhan Ekonomi yang Robust: Israel diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan ekonomi sebesar 3,4% pada tahun 2025. Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan Iran dan menunjukkan kemampuan Israel untuk terus berkembang meskipun dalam situasi yang menantang.
- Didukung Ekspor Teknologi: Salah satu pilar utama kekuatan ekonomi Israel adalah sektor teknologi yang sangat maju. Ekspor produk dan layanan teknologi menjadi mesin penggerak pertumbuhan yang signifikan, menarik investasi asing, dan menciptakan lapangan kerja berkualitas tinggi.
- Cadangan Devisa Melimpah: Israel memiliki cadangan devisa yang sangat besar, mencapai US$ 223,6 miliar. Jumlah ini berkali-kali lipat lebih besar dari Iran, memberikan Israel bantalan keuangan yang kuat untuk menghadapi gejolak ekonomi, mempertahankan nilai mata uang, dan mendanai kebutuhannya.
Peningkatan Belanja Militer di Kedua Belah Pihak
Meskipun kondisi ekonomi mereka berbeda, satu kesamaan yang muncul dari kedua negara ini adalah peningkatan belanja militer yang substansial sebagai respons terhadap konflik yang memanas:
- Iran: Anggaran militer Iran diperkirakan akan melesat tiga kali lipat hingga mencapai US$ 12,7 miliar pada tahun 2025.
- Israel: Anggaran militer Israel juga diproyeksikan meningkat tajam hingga US$ 45 miliar pada tahun 2025.
Siapa Pemenang dalam Duel Ekonomi Ini?
Berdasarkan data dan proyeksi ekonomi yang dipaparkan, jelas terlihat bahwa ekonomi Israel berada dalam posisi yang jauh lebih kuat dan stabil dibandingkan dengan Iran. Israel memiliki pertumbuhan yang lebih tinggi, didukung oleh sektor ekspor teknologi yang kokoh, dan yang paling mencolok, cadangan devisanya jauh lebih melimpah.
Dengan demikian, dalam "adu kuat" ekonomi di tengah konflik yang ada, artikel ini menyimpulkan bahwa Israel adalah pihak yang lebih unggul. Fondasi ekonomi mereka yang solid memberikan daya tahan lebih besar untuk menghadapi tekanan dan membiayai kebutuhan, termasuk peningkatan belanja militer.
Photo by Arman Taherian on Unsplash
0 Komentar