Mengungkap Uranium di Kalimantan Barat: Penemu, Potensi, Fungsi, dan Posisi Nuklir Indonesia

Uranium, sebuah unsur yang sering dikaitkan dengan energi masa depan sekaligus ancaman masif, memiliki keberadaan yang signifikan di Indonesia, khususnya di wilayah Kalimantan Barat



Potensi ini membuka wacana besar tentang kemandirian energi nasional melalui Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), namun juga memunculkan beragam pertanyaan dan tantangan. Mari kita telusuri lebih dalam tentang uranium di Kalimantan Barat, asal-usulnya, fungsinya, hingga posisi Indonesia dalam peta nuklir global.


Potensi Uranium di Kalimantan Barat: Harta Karun di Melawi

Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat, adalah titik fokus utama potensi cadangan uranium di Indonesia. Data menunjukkan bahwa wilayah ini menyimpan estimasi cadangan uranium yang cukup besar, mencapai sekitar 24.112 ton. Cadangan ini diklasifikasikan berdasarkan tingkat kepastian geologisnya: 900 ton terukur, 6.961 ton terindikasi, 1.734 ton tereka, dan 14.517 ton hipotetik. Lokasi yang paling sering disebut adalah Desa Kalan, Kecamatan Ella Hilir.

Eksplorasi dan identifikasi potensi ini bukanlah hal baru. Sejak tahun 1970-an, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) — yang kini menjadi bagian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) — telah melakukan eksplorasi sistematis. Proses ini melibatkan kerja sama dengan berbagai lembaga atom internasional, seperti CEA dari Prancis, BGR dari Jerman, dan PNC dari Jepang. Jadi, tidak ada satu individu tunggal yang "menemukan" uranium di Kalimantan Barat, melainkan hasil upaya kolektif dan berkesinambungan dari lembaga riset dan ahli geologi.

Potensi uranium ini diharapkan dapat menjadi bahan bakar utama untuk PLTN, sejalan dengan ambisi Indonesia mencapai target net zero emission 2060 dan mengamankan pasokan energi jangka panjang. Namun, proyek semacam ini tentu memerlukan kajian mendalam terkait kelayakan, keselamatan, dan dampak lingkungan.


Memahami Fungsi dan Asal-Usul Uranium

Uranium adalah unsur logam radioaktif yang keunikan utamanya terletak pada kemampuannya untuk menjalani fisi nuklir, yaitu pemecahan inti atom yang melepaskan energi luar biasa.

Fungsi Utama Uranium:

  1. Bahan Bakar Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN): Ini adalah fungsi paling krusial. Isotop Uranium-235 (U-235) adalah satu-satunya bahan alami yang dapat mempertahankan reaksi berantai fisi nuklir. Panas yang dihasilkan dari reaksi ini digunakan untuk menghasilkan uap, yang kemudian menggerakkan turbin generator untuk memproduksi listrik. Uranium sangat efisien; satu pelet kecil bisa menghasilkan energi setara berton-ton batu bara, dengan emisi karbon yang jauh lebih rendah.
  2. Bahan Baku Senjata Nuklir: Sifat fisi U-235 yang meledak juga menjadikannya komponen inti bom atom. Namun, penggunaan ini sangat ketat diatur dan dilarang secara internasional.
  3. Aplikasi Lain: Uranium terdeplesi (uranium dengan U-235 rendah) digunakan sebagai pelindung radiasi, pemberat pada pesawat, dan dalam amunisi penembus baja karena kepadatannya. Di masa lalu, uranium juga pernah dipakai sebagai pewarna kaca dan keramik.

Asal-Usul Uranium:

Atom uranium bukanlah hasil dari proses bumi. Uranium terbentuk dalam peristiwa kosmik ekstrem di luar angkasa:

  • Ledakan Supernova: Saat bintang-bintang masif mati dan meledak, kondisi di dalamnya memungkinkan inti atom menyerap neutron dengan cepat, membentuk unsur-unsur berat seperti uranium.
  • Tabrakan Bintang Neutron: Peristiwa ini juga diyakini sebagai "pabrik" pembentuk unsur-unsur berat.

Setelah terbentuk, uranium tersebar ke alam semesta, menjadi bagian dari materi pembentuk Tata Surya dan Bumi. Di Bumi, uranium ditemukan secara alami di kerak bumi dalam batuan dan mineral seperti uraninit. Sekitar 99,3% uranium alami adalah Uranium-238 (U-238) yang stabil, sementara hanya 0,7% adalah Uranium-235 (U-235) yang fisil.


Posisi Indonesia dalam Peta Nuklir Dunia

Meskipun memiliki potensi uranium yang signifikan, Indonesia tidak memiliki senjata nuklir. Sebaliknya, Indonesia adalah negara yang sangat aktif dalam mendukung pelarangan senjata nuklir dan telah meratifikasi Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Indonesia juga pelopor dalam pembentukan Zona Bebas Senjata Nuklir di Asia Tenggara (SEANWFZ).

Komitmen ini mencerminkan politik luar negeri bebas aktif Indonesia yang berorientasi pada perdamaian dan stabilitas regional maupun global. Alih-alih mengembangkan senjata, Indonesia memanfaatkan teknologi nuklir untuk tujuan damai, seperti:

  • Reaktor Penelitian: BRIN (dahulu BATAN) mengoperasikan beberapa reaktor penelitian di Yogyakarta, Serpong, dan Bandung untuk riset, produksi radioisotop (untuk medis dan industri), serta pelatihan SDM.
  • Kesehatan: Aplikasi di bidang kedokteran nuklir untuk diagnosis dan terapi kanker.
  • Pertanian: Pengembangan varietas tanaman unggul.
  • Industri: Berbagai aplikasi seperti pengukuran material dan sterilisasi produk.

Mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN), Indonesia saat ini belum memiliki PLTN yang beroperasi secara komersial. Namun, wacana dan rencana pembangunannya terus bergulir dan menjadi bagian dari strategi energi nasional untuk mencapai target net zero emission 2060. Lokasi di Kalimantan Barat dan Bangka Belitung sering disebut sebagai kandidat potensial. Pemerintah terus melakukan studi kelayakan dan persiapan, dengan harapan PLTN pertama bisa beroperasi di era 2030-an, termasuk mempertimbangkan teknologi Small Modular Reactor (SMR) yang lebih modern dan aman.

Jadi, meskipun Indonesia memiliki cadangan uranium dan memanfaatkan teknologi nuklir, fokusnya sepenuhnya pada tujuan damai, dengan komitmen kuat terhadap non-proliferasi senjata nuklir.

Photo by Dan Meyers on Unsplash

Posting Komentar

0 Komentar