Belum lama ini, netizen dihebohkan dengan informasi mengenai ratusan pelajar SMP dan SMA di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, yang hamil diluar nikah.
Peristiwa menghebohkan tersebut membuat geger masyarakat lantaran kebanyakan pelajar yang hamil masih duduk di bangku sekolah menengah.
Ratusan Pelajar Hamil Meminta Dispensasi
Ratusan pelajar di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur ramai-ramai meminta dispensasi ke pihak sekolah terkait dengan kehamilan massal tersebut.
Kebanyakan pelajar yang rata-rata berusia dibawah 19 tahun tersebut meminta dispensasi untuk menikah dini akibat hamil diluar nikah.
Sebelumnya, ratusan pelajar meminta dispensasi pernikahan dini bukan merupakan hal yang baru di Kabupaten Ponorogo.
Tercatat pada tahun 2022 lalu, ada total 191 pemohon. Tahun 2021 tercatat ada 266 pemohon. Sedangkan pada tahun 2023 ini tercatat sudah ada 7 pemohon.
Bupati: Kami akan Cari Solusi
Terkait dengan ratusan pelajar dibawah umur yang hamil duluan di Ponorogo, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko ikut angkat bicara terkait fenomena tersebut.
Sugiri menuturkan bahwa pihak pemerintah akan segera mencari solusi dan jalan keluar untuk mengatasi fenomena ratusan pelajar nikah dini karena hamil tersebut.
“Kami tidak menampik bahwa di Ponorogo memang ada (pernikahan dini), tapi angkanya jauh lebih rendah dibanding di kabupaten lainnya,” ungkap Sugiri.
“Kami deteksi, faktor apa yang mempengaruhi. Mapping juga serentak, melibatkan camat semua untuk mendeteksi pergaulan bebas supaya anak-anak tidak melakukan kesalahan,” tambahnya.
KPAI: Ada Faktor Keluarga dan Informasi di Internet
Pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga turut mengomentari fenomena ratusan pelajar di Ponorogo menikah dini dan hamil diluar nikah.
Menurut pihak KPAI, fenomena tersebut diduga didasari oleh faktor keluarga dan pemberian informasi terkait sex education yang selama ini minim.
“Faktor lingkungan keluarga, situasi kemiskinan, (sehingga) anak tidak melanjutkan pendidikan dimana tamat SMP (langsung menikah),” ungkap Komisioner KPAI Jasra Putra.
“Selama pandemi Covid-19, penanganan anak dalam hal ini sex education masih sangat minim,” tambahnya.
Photo by Sylwia Bartyzel on Unsplash
0 Komentar