Mewujudkan impian memiliki dana tabungan yang melimpah mungkin terasa berat, namun ada cara sederhana dan efektif yang bisa Anda terapkan, terinspirasi dari gaya hidup masyarakat Jepang.
Metode pengelolaan keuangan bernama Kakeibo menjadi kunci utama di balik keberhasilan mereka dalam menabung dan mengelola pengeluaran secara bijak. Konsep yang pertama kali diperkenalkan pada tahun 1994 dan kembali populer di tahun 2017 ini menekankan pentingnya kesadaran finansial melalui pencatatan manual.
Apa Itu Kakeibo?
Kakeibo (dibaca: ka-ke-i-bo) secara harfiah berarti "buku rekening rumah tangga". Ini adalah sebuah sistem manajemen keuangan pribadi yang diciptakan di Jepang pada tahun 1904 oleh Hani Motoko, seorang jurnalis wanita pertama di Jepang. Kakeibo bukanlah aplikasi atau perangkat lunak canggih, melainkan metode pencatatan keuangan yang sepenuhnya dilakukan secara manual, menggunakan buku tulis dan pena.
Lebih dari sekadar mendata angka, kakeibo adalah sebuah filosofi yang mengajak Anda untuk merenungkan setiap keputusan keuangan. Setiap akhir bulan, Anda diajak untuk melihat kembali pengeluaran Anda dan bertanya pada diri sendiri: "Apakah saya menghabiskan uang sesuai rencana?", "Apakah saya bisa menabung lebih banyak?", atau "Apakah ada pengeluaran yang tidak perlu?". Proses refleksi ini membantu Anda memahami lebih dalam bagaimana Anda berinteraksi dengan uang, mengidentifikasi kebiasaan belanja yang boros, dan menemukan area di mana penghematan dapat dilakukan. Tujuannya adalah untuk mendorong pengeluaran yang lebih sadar dan bijaksana, bukan sekadar membatasi.
Berikut adalah enam kiat menabung ala Jepang yang bisa Anda praktikkan:
- Awali Bulan dengan Catat Seluruh Pemasukan: Di awal setiap bulan, langkah pertama adalah mendata semua uang yang masuk ke kantong Anda. Ini termasuk gaji, pendapatan sampingan, atau sumber dana lainnya. Pencatatan yang jelas akan memberikan gambaran utuh tentang ketersediaan dana yang Anda miliki.
- Sisihkan Tabungan di Awal: Salah satu prinsip paling penting dari kakeibo adalah 'bayar diri Anda sendiri terlebih dahulu'. Artinya, setelah mencatat pemasukan, segera sisihkan sejumlah dana untuk tabungan sebelum Anda mengalokasikannya untuk pengeluaran sehari-hari. Ini memastikan target tabungan Anda tercapai tanpa tergerus kebutuhan lain.
- Tunda 24 Jam untuk Pembelian Tak Penting: Ketika ada keinginan membeli barang yang sebenarnya tidak terlalu mendesak, berikan jeda waktu 24 jam untuk berpikir. Tunda pembelian tersebut. Selama jeda ini, Anda bisa mengevaluasi apakah barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau hanya keinginan sesaat. Seringkali, keinginan tersebut akan pudar setelah 24 jam.
- Periksa Saldo Rekening Secara Teratur: Jangan abai terhadap kondisi keuangan Anda. Luangkan waktu secara rutin untuk memeriksa saldo di rekening bank. Hal ini membantu Anda tetap sadar akan jumlah uang yang tersisa dan mencegah pengeluaran berlebihan.
- Letakkan Pengingat di Dompet: Untuk belanja di luar, selipkan catatan kecil atau pengingat di dompet Anda. Pesan singkat seperti "Apakah ini benar-benar penting?" atau "Sudahkah Anda menabung hari ini?" dapat menjadi rem otomatis saat Anda tergoda untuk membeli sesuatu.
- Prioritaskan Transaksi Tunai: Meskipun era digital semakin canggih, metode pembayaran tunai terbukti lebih efektif dalam membangun kesadaran finansial. Saat membayar dengan uang tunai, Anda secara fisik melihat uang Anda berkurang, yang memberikan sensasi kehilangan lebih nyata dibandingkan dengan pembayaran digital. Ini akan membuat Anda lebih berhati-hati dalam setiap pengeluaran.
Tentu, mari kita lihat bagaimana metode Kakeibo dan tips menabung ala Jepang ini bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari Anda:
Contoh Penerapan Kakeibo dalam Kehidupan Sehari-hari
Bayangkan Anda adalah seorang pekerja kantoran di Jakarta dengan gaji bulanan dan beberapa pengeluaran rutin. Berikut adalah ilustrasi penerapannya:
1. Catat Seluruh Pemasukan di Awal Bulan:
- Di awal bulan (misalnya tanggal 1), Anda menerima gaji sebesar Rp 8.000.000. Anda juga punya penghasilan tambahan dari freelance sebesar Rp 1.500.000.
- Anda akan langsung mencatat:
- Gaji: Rp 8.000.000
- Penghasilan freelance: Rp 1.500.000
- Total Pemasukan: Rp 9.500.000
2. Sisihkan Tabungan di Awal:
- Sesuai prinsip Kakeibo, Anda memutuskan untuk menabung 20% dari total pemasukan.
- Rp 9.500.000 x 20% = Rp 1.900.000.
- Langsung transfer Rp 1.900.000 ke rekening tabungan khusus yang tidak mudah diakses, atau ke instrumen investasi jangka pendek. Sisa uang yang ada di rekening utama Anda adalah Rp 7.600.000, dan inilah yang akan Anda kelola untuk pengeluaran.
3. Tunda 24 Jam untuk Pembelian Tak Penting:
- Saat jam istirahat kerja, Anda melihat iklan sepatu diskon di media sosial yang sangat menarik, harganya Rp 500.000.
- Alih-alih langsung klik beli, Anda mencatat "Ingin beli sepatu baru" di buku Kakeibo atau catatan dompet, lalu menutup aplikasi belanja.
- Keesokan harinya, setelah berpikir ulang, Anda menyadari bahwa sepatu lama Anda masih bagus dan kebutuhan lain lebih mendesak. Keinginan membeli sepatu itu pun hilang. Anda berhasil menghemat Rp 500.000.
4. Periksa Saldo Rekening Secara Teratur:
- Setiap beberapa hari (misalnya setiap Rabu dan Minggu malam), Anda membuka aplikasi mobile banking untuk mengecek saldo.
- Awalnya saldo Anda Rp 7.600.000. Setelah bayar listrik Rp 300.000, internet Rp 200.000, dan belanja bulanan Rp 1.500.000, Anda melihat saldo Anda tersisa Rp 5.600.000.
- Pengecekan ini membuat Anda sadar berapa banyak uang yang sudah terpakai dan berapa sisa yang bisa dibelanjakan untuk sisa bulan, sehingga Anda bisa lebih mengerem pengeluaran untuk hal-hal yang tidak penting.
5. Letakkan Pengingat di Dompet:
- Anda menulis kalimat "Pikirkan dua kali sebelum belanja impulsif!" di secarik kertas kecil lalu menyisipkannya di dalam dompet atau di balik kartu ATM Anda.
- Ketika Anda sedang di supermarket dan melihat camilan yang sebenarnya tidak ada di daftar belanja, Anda akan melihat catatan tersebut. Ini akan memicu Anda untuk berpikir, "Apakah ini benar-benar dibutuhkan?" dan seringkali membuat Anda mengurungkan niat.
6. Prioritaskan Transaksi Tunai:
- Saat makan siang di kantin atau membeli kopi di kedai dekat kantor, Anda selalu menggunakan uang tunai.
- Setiap kali menyerahkan lembaran uang dan menerima kembalian, Anda secara fisik merasakan uang Anda berkurang. Perasaan ini lebih "nyata" daripada hanya menempelkan kartu atau memindai kode QR.
- Misalnya, Anda punya uang tunai Rp 100.000 untuk kebutuhan harian. Setelah makan siang Rp 35.000 dan beli kopi Rp 25.000, uang Anda tinggal Rp 40.000. Anda jadi lebih cermat memikirkan pengeluaran selanjutnya karena tahu sisa uang tunai Anda semakin sedikit.
Dengan konsisten menerapkan keenam kiat ini, Anda akan memiliki gambaran yang jauh lebih jelas tentang pola pengeluaran Anda, melatih diri untuk lebih disiplin, dan pada akhirnya, tabungan Anda bisa terkumpul lebih cepat dan efektif. Ini bukan tentang membatasi diri secara ekstrem, melainkan tentang mengelola uang dengan kesadaran penuh.
Photo by bady abbas on Unsplash
0 Komentar